Di era digital yang berkembang begitu cepat, media memiliki peran sentral dalam membentuk opini publik dan menyebarkan informasi ke masyarakat. Hal ini menuntut generasi muda, khususnya mahasiswa, memiliki kemampuan literasi media yang baik agar mampu memfilter informasi sekaligus berpartisipasi aktif dalam penyebaran berita yang akurat. Menyadari pentingnya hal tersebut, mahasiswa Universitas Setia Budhi menggelar Pelatihan dan Sekolah Jurnalistik di Gedung Multatuli Rangkasbitung sebagai bagian dari rangkaian pelantikan pengurus komisariat.
Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 11.00 WIB ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari berbagai jurusan. Pelatihan jurnalistik ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan dasar hingga lanjutan terkait dunia jurnalistik, mulai dari teknik menulis berita, memahami kode etik media, hingga kemampuan melakukan verifikasi fakta yang kini semakin penting di tengah maraknya penyebaran hoaks.
Ketua Komisariat PMII Universitas Setia Budhi, Bayu Maldini, menekankan bahwa literasi media adalah kemampuan yang sangat penting dimiliki mahasiswa masa kini. Menurutnya, perkembangan teknologi dan media digital harus diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni.
“Kunci untuk mengimbangi teknologi yang semakin maju tentu kita harus memiliki pengetahuan yang luas. Mahasiswa harus rajin membaca, menulis, dan berdiskusi agar mampu mengikuti perkembangan zaman,” ujar Bayu. Ia menambahkan bahwa mahasiswa sebagai Agent of Change harus memiliki semangat dan kedisiplinan tinggi dalam proses belajar, terutama terkait dunia media yang bergerak cepat.
Dalam pelatihan ini, peserta juga mendapatkan materi mendalam mengenai kode etik jurnalistik yang dibawakan oleh Apipi, salah satu senior Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Apipi menjelaskan bahwa etika adalah fondasi utama bagi seorang jurnalis agar tetap profesional di tengah gempuran informasi.

“Etika jurnalistik adalah kunci jurnalis menjadi profesional, memiliki integritas, dan mampu menyajikan informasi yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya. Ia menegaskan bahwa tanpa pemahaman etika, seorang penulis berita mudah terjebak pada penyebaran informasi yang bias bahkan menyesatkan.
Dalam sesi materi, Apipi juga memberikan contoh kasus nyata mengenai pelanggaran etika di dunia media untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai risiko jika jurnalis tidak mematuhi standar profesional. Ia berharap mahasiswa Universitas Setia Budhi bisa menjadi generasi yang melek digital, kritis, dan mampu menjadi bagian dari perubahan positif.
Selain teori, peserta juga diajak melakukan praktik langsung berupa latihan menulis berita singkat berdasarkan simulasi peristiwa yang diberikan oleh pemateri. Latihan ini bertujuan agar mahasiswa terbiasa menyusun informasi secara sistematis, akurat, dan sesuai kaidah jurnalistik. Banyak peserta mengaku bahwa praktik ini sangat membantu mereka memahami proses produksi berita dari awal hingga akhir.
Pelatihan ini juga menghadirkan sesi diskusi terbuka, di mana mahasiswa dapat bertanya seputar dunia jurnalistik, peluang karier di media, hingga tantangan menjadi jurnalis di era digital. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan kritis yang diajukan, mulai dari bagaimana menghadapi tekanan deadline, cara menjaga netralitas berita, hingga etika dalam meliput peristiwa sensitif.
Apipi pun membuka ruang bagi mahasiswa untuk terus belajar di luar kegiatan kampus.
“Rumah saya terbuka untuk kalian semua. Jika ingin diskusi, sharing pengalaman media, atau belajar lebih dalam tentang jurnalistik, datang saja kapan pun,” ujarnya memberi motivasi.
Kegiatan pelatihan jurnalistik ini menjadi wujud nyata komitmen Universitas Setia Budhi dalam meningkatkan kemampuan literasi media mahasiswa. Dengan kondisi masyarakat yang kini rentan terhadap hoaks, mahasiswa diharapkan dapat menjadi agen edukasi yang membantu menyampaikan informasi yang benar, akurat, dan bermanfaat.
Panitia berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti pada satu pertemuan, tetapi dapat menjadi program rutin agar semakin banyak mahasiswa yang terlibat. Melalui pelatihan berkelanjutan, mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan menulis, berpikir kritis, dan memahami dinamika media yang terus berubah.
Pada akhirnya, pelatihan jurnalistik ini bukan hanya tentang belajar menulis berita, tetapi juga tentang membentuk karakter mahasiswa yang berintegritas, berwawasan luas, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi. Universitas Setia Budhi berharap ke depannya semakin banyak mahasiswa yang terjun ke dunia jurnalistik atau memanfaatkan kemampuan ini di bidang profesional lainnya.
